Oleh: Abdul Rojak Lubis
Manusia takut sama harimau bukan karena taringnya, kukunya, atau suaranya. Tapi takut karena harimau itumasih punya nyawa (ruh). Buktinya di kebun binatangada harimau yang sudah mati (diawetkan), anakkecil-pun berani memegang taring dan kukunya yang tajam. Harimau itu tidak mampu lagi berbuat ataubertindak karena ruhnya sudah berpisah denganbadannya (mati).
Begitulah halnya dengan Islam, mati jika dakwah tidakmenghidupinya. Antara Islam dan dakwah bagaikandua sisi mata uang yang tidak mungkin terpisahkan. Islam ibarat tubuh dan dakwah sebagai ruhnya. Jikadakwah sudah berhenti, maka Islam akan kehilanganarah dan akan mengakibatkan Islam itu lemah dantidak punya kekuatan.
Dalam keadaan seperti inilah, dikhawatirkan orangmunafik atau orang non-Islam akan menyebarkan virus ganas yang merusak akidah umat Islam itu sendiri. Sedangkan proses dakwah masih berjalan, banyakterjadi penyelewengan -penyelewengan ataupenyimpangan akidah. Buktinya, banyak muncul aliran-aliran yang tidak jelas kebenarannya, meskipunmereka mengakui bahwa aliran mereka-lah yang benar.
Akhirnya sebagian umat Islam bingung, tidak mengertimana sesungguhnya Islam yang sebenarnya. Inimenunjukkan betapa pentingnya dakwah dalam Islam, agar Islam tidak dipermainkan orang munafik atau non-Islam.
Ketika Rasulullah Saw diajak dan dirayu kafir Quraysmenghentikan dakwahnya. Jika maumenghentikannya maka akan diberi imbalan berupaharta, tahta (jabatan), atau wanita sesuai dengankeinginannya. Namun tawaran itu ditolak olehRasulullah Saw dengan komitmen; “Walaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan ditangan kiriku, dakwah tidak akan kuhentikan”. agar
Berkat dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw beserta para sahabatnya, kemudian dilanjutkan olehgenerasi sesudahnya membuahkan hasil. Buktinya, dalam waktu yang relatif singkat Islam tersebar danberkembang ke seluruh penjuru dunia, mulai dari timursampai barat. Bahkan Islam pernah memegangkekuasaan negara adidaya (super power).
Melihat fenomena ini, dapat dipahami bahwa Islam itukuat dan jaya karena proses dakwah masih berjalansesuai dengan yang semestinya. Kemudian umat Islam masih berpegang teguh pada al-Qur’an dan sunnahRasulullah Saw. Tentunya, tugas selanjutnya adalahmenjaga dan melaksanakan apa yang diwariskan olehRasulullah Saw, yaitu masih tetap melanjutkandakwahnya.
Dalam al-Qur’an dijelaskan oleh Allah Swt, “Dan hendaklah ada segolongan umat di antara kamu yang meyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalahorang yang beruntung” (QS. Ali Imran: 104). Ayat inimenjelaskan bahwa dakwah merupakan tugas moral kolektif yang harus dilaksanakan. Dakwah memangtugas yang sangat berat. Namun Allah telahmenjanjikan bagi orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar (dakwah) akan mendapatkankeberuntungan. Karena telah menyelamatkan orangterombang-ambing dari gelombangkemaksiatan dan kemunkaran. lain yang
Perlu untuk diketahui bahwa hakikat dakwah adalahsegala daya upaya untuk melakukan amar ma’ruf nahimunkar kepada orang lain dalam segala lapangankehidupan manusia demi kebahagiaan hidup di duniamaupun di akhirat. Berarti dakwah itu tidak hanyasebatas aspek keagamaan saja, melainkan harusmeliputi berbagai macam aspek, baik aspek ekonomi, budaya, sosial kemasyarakatan maupun politik. Karena masyarakat yang akan menerima materidakwah terdiri dari berbagi macam stratifikasi sosial.
Justru itu, agar dakwah tidak salah sasaran, perluadanya kerja sama antar komunitas umat Islam. Dengan adanya kerja sama, maka dakwah akan bisadikemas sesuai dengan kebutuhan dan permintaanumat (dakwah on demand). Tindakan semacam inibertujuan agar dakwah yang dilakukan tidak mandul. Karena tidak mustahil pelaksanaan dakwah akanmandul disebabkan tidak adanya kerja sama. Jelaslah, kebersamaan merupakan kunci keberhasilan dakwah. Semoga ruh Islam masih tetap hidup, kuat dan jayaberkat adanya dakwah. Wallahu a’lam.
Penulis adalah Pengurus FKRM&M KPIK
Kec. Koto Tangah Kota Padang
Minggu, 08 Agustus 2010
Membina Akhlak Remaja Lewat Rumah
Oleh: Abdul Rojak Lubis
Masa remaja merupakan masa transisi (perubahan) dari anak-anak menuju kedewasaan. Pada masa transisiini sering menimbulkan perhatian publik, karena remaja sedang mengalami kelabilan jiwa, keragu-raguan daningin mencari jati dirinya. Jika tidak dibina ke arah yang baik, tidak tertutup kemungkinan akan terjadikenakalan remaja.
Saat ini kenakalan remaja semakin meningkat dan sering menjadi sumber kekacauan di tengah masyarakat. Inimerupakan salah satu dampak negatif dari masa transisi yang dialami remaja. Ironisnya, hampir tiap hariremaja ikut mewarnai pemberitaan di surat kabar berupa tawuran antarpelajar, pelecehan seksual, kasusnarkoba, pembunuhan dan sebagainya.
“Melihat kenyataan ini perlu dilakukan pembinaan remaja lewat rumah, yaitu rumah tangga, rumah sekolah, rumah ibadah dan rumah adat”, demikian ungkap Drs. Ampera Salim, SH, M.Si dalam rangka pembentukanKomunikasi Remaja Masjid dan Mushalla (FKRM&M) Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto dikantor Lurah Koto Panjang Ikur Koto.
Apa yang diungkapkan Ampera Salim di atas merupakan program pemerintah kota Padang dalam pembinaanakhlak remaja. Karena remaja adalah generasi penerus bangsa yang perlu dibina dan dibimbing akhlaknyatidak terkontaminasi oleh budaya-budaya barat. Sehinggga lahirlah generasi penerus bangsa yang beriman, bertakwa dan berakhlak.
Ungkapan di atas ada empat pembinaan yang harus dilakukan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Pertama, pembinaan lewat rumah tangga (lingkungan keluarga). Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan ituberawal dari lingkungan keluarga, orang tualah sebagai guru pertamanya. Orang tua mempunyai perananpenting dalam mendidik dan membina akhlak anaknya. Rasulullah Saw bersabda; “Setiap anak dilahirkandalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjdikan mereka Yahudi, Nasrani ataupun Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jelaslah, manusia yang dilahirkan pada dasarnya fitrah (suci) bisa menjadi tidak berakhlak dan tidak beragamakarena hidup dipengaruhi lingkungan keluarganya. Jika orang tuanya Yahudi, Nasrani atau Majusi, makaanaknya pun akan menjadi seperti itu. Begitulah sebaliknya, jika orang tua beragama Islam, berakhlak yang baik, berbudi pekerti luhur, maka anak pun akan seperti orang tuanya.
Meskipun demikian, tidak sedikit anak yang lahir dari keluarga beragama, keluarga beriman, keluarga berbudipekerti luhur akan menjadi anak berandalan maupun anak durhaka. Karena keimanan, keshalehan maupunbudi pekerti orang tua tidak bisa diwariskan secara maksimal kepada anaknya. Justru itu, perlu usahamaksimal orang tua dalam mendidik dan mengajar anaknya agar menjadi anak yang shaleh maupun shalehah.
Dalam al-Qur’an dijelaskan oleh Allah Swt. bahwa anjuran untuk menjaga diri sendiri dan menjaga anggotakeluaga agar tidak masuk dalam jurang api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu; penjaganyamalaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang selalu melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt. (lihat QS. At-Tahrim: 6). Berarti tanggungjawab orang tua terhadap anak sangat berat. Jika orang tua kurangmemperdulikan kewajibannya terhadap anaknya di atas dunia ini, maka Allah akan meminta LaporanPertanggungjawabannya (LPj) di akhirat kelak. Dan Allah akan memberi balasan sesuai dengankepemimpinannya terhadap keluarganya di atas dunia ini.
Kedua, pembinaan lewat rumah sekolah. Sering terjadi salah menyalahkan antara guru dengan orang tua jikasiswa nakal di sekolah. Hal inilah yang harus dihindari orang tua maupun guru. Karena tindakan semacam initidak menyelesaikan masalah. Justru itu, orang tua maupun guru harus mencari akar permasalahan, kemudianmencari solusi yang tepat untuk mengatasi permaslahan tersebut.
Untuk memberikan pembinaan terhadap siswa, di rumah sekolah ada kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) yang meliputi materi akidah, syari’ah dan akhlak. Kurikulum ini bertujuan untuk membentuk siswa yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. dan berbudi pekerti luhur. Dengan adanya kurikulum ini semogadapat memberikan persiapan kepada siswa untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kemudian siswa perlu diberikan pendalaman dan pengamalan ajaran agama dan akhlak, agar anak tidak jatuhdalam kebrutalan dan tindakan kriminal, karena sudah diberikan senjata, yaitu agama dan akhlak. Jika materikeagamaan dan akhlak sudah ditanamkan terhadap jiwa siswa, insya Allah akan terselamatkan dari tindakkebrutalan dan kriminal.
Ketiga, pembinaan lewat rumah ibadah. Di koto Padang khususnya, pembinaan remaja lewat rumah ibadahsudah dilakukan atas instruksi pemerintah kota Padang . Mulai dari acara didikan subuh, wirid remaja danpesantren ramadhan. Bahkan, kegiatan ini sudah menjadi kegiatan rutin dilakukan di kota Padang . Program seperti ini pantas untuk disyukuri dan didukung. Karena program ini bertujuan untuk mendidik dan membinaremaja agar menjadi remaja yang berilmu, beriman dan bertakwa.
Inilah bekal yang harus dimiliki remaja sebagai generasi penerus bangsa dan agama. Karena saat ini remajamenghadapi tantangan perkembangan zaman dan tanggung jawab yang sangat besar.
Keempat, pembinaan lewat rumah adat. Salah satu contoh yang sangat sederhana, di kota Padang khususnya, pernikahan akan ditunda selama kedua mempelai sampai bisa Baca Tulis al-Qur’an (BTQ). Ninik mamakmaupun pihak KUA dilarang memberikan izin pernikahan, jika mempelainya belum bisa Baca Tulis al-Qur’an (BTQ). Ini merupakan warning bagi remaja agar mempersiapkan diri sebelum melangkah ke jenjangpernikahan.
Sebagian orang memandang peraturan ini dengan sebelah mata dan menganggap terlalu keras, seolah-olahmempersulit pernikahan. Pada hakikatnya ini bukanlah mempersulit pernikahan. Namun, karena ada rasakekhawatiran jika orang tua tidak pandai Baca Tulis al-Qur’an (BTQ), dikhawatirkan akan melahirkanketurunan seperti orang tuanya. Justru itu, dengan adanya peraturan semacam ini, maka remaja-pun akanlebih giat belajar Baca Tulis al-Qur’an (BTQ). Sehingga terbinalah generasi qur’ani dan juga akan melahirkangenerasi qur’ani.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah mempelajari al-Qur’an harus dengan niat yang ikhlas dan inginmendapatkan rida Allah Swt., bukan karena hanya sekadar untuk menikah saja. Inilah sekelumit tentangpembinaan remaja kita, semoga menjadi remaja islami atau generasi qur’ani. Wallahu a’lam (***)
Penulis adalah Pengurus FKRM&M KPIK
Kec. Koto Tangah Kota Padang
Masa remaja merupakan masa transisi (perubahan) dari anak-anak menuju kedewasaan. Pada masa transisiini sering menimbulkan perhatian publik, karena remaja sedang mengalami kelabilan jiwa, keragu-raguan daningin mencari jati dirinya. Jika tidak dibina ke arah yang baik, tidak tertutup kemungkinan akan terjadikenakalan remaja.
Saat ini kenakalan remaja semakin meningkat dan sering menjadi sumber kekacauan di tengah masyarakat. Inimerupakan salah satu dampak negatif dari masa transisi yang dialami remaja. Ironisnya, hampir tiap hariremaja ikut mewarnai pemberitaan di surat kabar berupa tawuran antarpelajar, pelecehan seksual, kasusnarkoba, pembunuhan dan sebagainya.
“Melihat kenyataan ini perlu dilakukan pembinaan remaja lewat rumah, yaitu rumah tangga, rumah sekolah, rumah ibadah dan rumah adat”, demikian ungkap Drs. Ampera Salim, SH, M.Si dalam rangka pembentukanKomunikasi Remaja Masjid dan Mushalla (FKRM&M) Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto dikantor Lurah Koto Panjang Ikur Koto.
Apa yang diungkapkan Ampera Salim di atas merupakan program pemerintah kota Padang dalam pembinaanakhlak remaja. Karena remaja adalah generasi penerus bangsa yang perlu dibina dan dibimbing akhlaknyatidak terkontaminasi oleh budaya-budaya barat. Sehinggga lahirlah generasi penerus bangsa yang beriman, bertakwa dan berakhlak.
Ungkapan di atas ada empat pembinaan yang harus dilakukan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Pertama, pembinaan lewat rumah tangga (lingkungan keluarga). Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan ituberawal dari lingkungan keluarga, orang tualah sebagai guru pertamanya. Orang tua mempunyai perananpenting dalam mendidik dan membina akhlak anaknya. Rasulullah Saw bersabda; “Setiap anak dilahirkandalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjdikan mereka Yahudi, Nasrani ataupun Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jelaslah, manusia yang dilahirkan pada dasarnya fitrah (suci) bisa menjadi tidak berakhlak dan tidak beragamakarena hidup dipengaruhi lingkungan keluarganya. Jika orang tuanya Yahudi, Nasrani atau Majusi, makaanaknya pun akan menjadi seperti itu. Begitulah sebaliknya, jika orang tua beragama Islam, berakhlak yang baik, berbudi pekerti luhur, maka anak pun akan seperti orang tuanya.
Meskipun demikian, tidak sedikit anak yang lahir dari keluarga beragama, keluarga beriman, keluarga berbudipekerti luhur akan menjadi anak berandalan maupun anak durhaka. Karena keimanan, keshalehan maupunbudi pekerti orang tua tidak bisa diwariskan secara maksimal kepada anaknya. Justru itu, perlu usahamaksimal orang tua dalam mendidik dan mengajar anaknya agar menjadi anak yang shaleh maupun shalehah.
Dalam al-Qur’an dijelaskan oleh Allah Swt. bahwa anjuran untuk menjaga diri sendiri dan menjaga anggotakeluaga agar tidak masuk dalam jurang api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu; penjaganyamalaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang selalu melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt. (lihat QS. At-Tahrim: 6). Berarti tanggungjawab orang tua terhadap anak sangat berat. Jika orang tua kurangmemperdulikan kewajibannya terhadap anaknya di atas dunia ini, maka Allah akan meminta LaporanPertanggungjawabannya (LPj) di akhirat kelak. Dan Allah akan memberi balasan sesuai dengankepemimpinannya terhadap keluarganya di atas dunia ini.
Kedua, pembinaan lewat rumah sekolah. Sering terjadi salah menyalahkan antara guru dengan orang tua jikasiswa nakal di sekolah. Hal inilah yang harus dihindari orang tua maupun guru. Karena tindakan semacam initidak menyelesaikan masalah. Justru itu, orang tua maupun guru harus mencari akar permasalahan, kemudianmencari solusi yang tepat untuk mengatasi permaslahan tersebut.
Untuk memberikan pembinaan terhadap siswa, di rumah sekolah ada kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) yang meliputi materi akidah, syari’ah dan akhlak. Kurikulum ini bertujuan untuk membentuk siswa yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. dan berbudi pekerti luhur. Dengan adanya kurikulum ini semogadapat memberikan persiapan kepada siswa untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kemudian siswa perlu diberikan pendalaman dan pengamalan ajaran agama dan akhlak, agar anak tidak jatuhdalam kebrutalan dan tindakan kriminal, karena sudah diberikan senjata, yaitu agama dan akhlak. Jika materikeagamaan dan akhlak sudah ditanamkan terhadap jiwa siswa, insya Allah akan terselamatkan dari tindakkebrutalan dan kriminal.
Ketiga, pembinaan lewat rumah ibadah. Di koto Padang khususnya, pembinaan remaja lewat rumah ibadahsudah dilakukan atas instruksi pemerintah kota Padang . Mulai dari acara didikan subuh, wirid remaja danpesantren ramadhan. Bahkan, kegiatan ini sudah menjadi kegiatan rutin dilakukan di kota Padang . Program seperti ini pantas untuk disyukuri dan didukung. Karena program ini bertujuan untuk mendidik dan membinaremaja agar menjadi remaja yang berilmu, beriman dan bertakwa.
Inilah bekal yang harus dimiliki remaja sebagai generasi penerus bangsa dan agama. Karena saat ini remajamenghadapi tantangan perkembangan zaman dan tanggung jawab yang sangat besar.
Keempat, pembinaan lewat rumah adat. Salah satu contoh yang sangat sederhana, di kota Padang khususnya, pernikahan akan ditunda selama kedua mempelai sampai bisa Baca Tulis al-Qur’an (BTQ). Ninik mamakmaupun pihak KUA dilarang memberikan izin pernikahan, jika mempelainya belum bisa Baca Tulis al-Qur’an (BTQ). Ini merupakan warning bagi remaja agar mempersiapkan diri sebelum melangkah ke jenjangpernikahan.
Sebagian orang memandang peraturan ini dengan sebelah mata dan menganggap terlalu keras, seolah-olahmempersulit pernikahan. Pada hakikatnya ini bukanlah mempersulit pernikahan. Namun, karena ada rasakekhawatiran jika orang tua tidak pandai Baca Tulis al-Qur’an (BTQ), dikhawatirkan akan melahirkanketurunan seperti orang tuanya. Justru itu, dengan adanya peraturan semacam ini, maka remaja-pun akanlebih giat belajar Baca Tulis al-Qur’an (BTQ). Sehingga terbinalah generasi qur’ani dan juga akan melahirkangenerasi qur’ani.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah mempelajari al-Qur’an harus dengan niat yang ikhlas dan inginmendapatkan rida Allah Swt., bukan karena hanya sekadar untuk menikah saja. Inilah sekelumit tentangpembinaan remaja kita, semoga menjadi remaja islami atau generasi qur’ani. Wallahu a’lam (***)
Penulis adalah Pengurus FKRM&M KPIK
Kec. Koto Tangah Kota Padang
Meneladani Kepribadian Rasulullah Saw
oleh:Abdul Rojak Lubis
Ahli astronomi Michael H. Hart, menulis buku yang berjudul “Seratus Tokoh yang Paling Berpengruh dalam Sejarah”, Hart menempatkan Rasulullah Saw dalam urutan teratas (pertama). Sebagian orang mungkin menganggap ini tidak tepat, sehingga menimbulkan polemik (perdebatan) sengit yang tak akan ada habisnya.
Jatuhnya pilihan Michael H. Hart kepada Rasulullah Saw dalam urutan pertama daftar seratus tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi Hart berpegang teguh pada keyakinannya, bahwa Rasulullah Saw satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih kesuksesan baik dari ukuran agama maupun dunia.
Penilaian yang dilakukan oleh Michael H. Hart dalam seratus tokoh yang berpengaruh di dunia merupakan penilaian objektif, artinya tidak dipengaruhi hal-hal yang lain kecuali hanya kenyataan yang sesungguhnya. Tentunya kita sebagai umat Islam sepakat dengan pendapat Michael H. Hart, dengan alasan tidak hanya sekedar karena kita sebagai umatnya. Melainkan realitasnya memang membuktikan bahwa Rasulullah Saw pantas menempati urutan pertama. Sebab, sebagian orang non-Islampun mengakui keunggulan yang dimiliki Rasulullah Saw baik dibidang duniawi maupun agama.
Rasulullah Saw yang sudah diyakini keunggulannya pantas untuk dijadikan sebagai suri teladan, dan selayaknyalah umat Islam meneladani kepribadian yang dimilikinya. Allah Swt menjelaskan dalam al-Qur’an bahwa dalam diri Rasulullah ada suri teladan yang baik, yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat dari Allah dan perjumpaan-Nya di hari kiamat (lihat QS. al-Ahzab: 21). Bagi umat Islam khusunya, selayaknya mencontoh kepribadian yang dimiliki Rasulullah Saw. Karena beliau memiliki kepribadian yang sempurna (akhlakul karimah) yang legalitas disahkan oleh Allah Swt.
Kecendrungan dan Potensi Manusia
Pada prinsipnya, semua manusia merasa senang dengan perilaku yang baik (akhlakul karimah), meskipun orang yang jahat. Karena orang yang baik akan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman. Dalam diri manusia ada potensi untuk baik dan buruk, manusia tinggal memilih potensi mana yang akan ditonjolkan. Sebagian orang menonjolkan potensi yang baik, namun tidak sedikit yang menonjolkan potensi yang buruk.
Bagi orang yang terlanjur dan khilaf dalam memanfaatkan potensi dalam dirinya. Tidak ada kata terlambat, maka lakukanlah perubahan ke arah yang lebih baik. Karena akhlak yang buruk akan mengganggu ketenangan bathin. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw; “Kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah sesuatu perilaku yang mengusik ketenangan dadamu dan engkau tidak suka jika itu dilihat orang lain”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu indahnya ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw., mengingatkan agar manusia menjauhi perbuatan dosa karena dapat mengganggu ketenangan hati. Jelaslah, ajaran Islam bertujuan untuk membentuk karakter manusia beriman dan bertakwa agar manusia berakhlak yang mulia (akhlakul karimah). Maka Rasulullah Saw mengatakan bahwa misi yang beliau emban di permukaan bumi ini adalah membentuk akhlak mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw; “Sesungguhnya saya diutus tidak lain untuk menyempurnakan kesalehan akhlak”. (HR. Ahmad).
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna dibanding makhluk Allah lainnya. Ada kelebihan yang dimiliki manusia yang tidak dimiliki makhluk lainnya yaitu perpaduan akal dan nafsu. Binatang hanya punya nafsu sehingga tidak punya rasa malu melampiaskan hawa nafsunya.
Malaikat hanya punya akal sehingga tidak punya keinginan seperti keinginan manusia. Namun, pada suatu saat bisa jadi manusia itu akan menjadi makhluk yang paling hina jika tidak memanfaatkan potensi akal dan nafsu ke arah yang benar. Maka, agamalah yang akan mengontrol fungsi akal dan nafsu tersebut.
Budaya Imitasi
Saat ini, banyak manusia yang ingin meneladani orang lain yang dianggapnya punya kemampuan lebih, terutama kalangan remaja. Ratusan juta remaja, tidak tertutup kemungkinan remaja Islam yang tergila-gila dengan suri teladannya. Berbagai macam cara dilakukan untuk mendekatkan hati pada orang yang diteladaninya, mulai dari fotonya, kasetnya, kalendernya, sampai tanda tangannya dikoleksi. Begitu juga dengan suaranya, bentuk tubuhnya, pakaiannya, gayanya, semuanya ditiru walaupun tidak sesuai. Orang semacam ini mengingkari tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada dirinya.
Siapakah orang yang mereka teladani? Sudah wajarkah dijadikan sebagai suri teladan? Mereka itu adalah para artis, selebritis dan bintang film. Pengaruhnya terhadap generasi muda sangat besar. Hal ini dapat dilihat budaya imitasi (peniruan) di kalangan remaja, baik cara bertingkah laku, berbicara, berpakaian, dan gaya hidup berkiblat kepada artis yang diteladaninya. Sementara yang diteladani belum tentu membawa kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Besar kemungkinan yang diteladani itu akan membawa kesengsaraan dan mengantarkan ke jurang api neraka.
Kalau dihayati keadaan manusia akhir-akhir ini, kiranya tepat kata orang “Tuntunan jadi tontonan, dan tontonan jadi tuntunan”. Maksudnya, apabila ada orang Islam yang melakukan syari’at yang sebenarnya dianggap asing, seakan-akan tidak pernah ada hingga banyak orang yang melihatnya hanya sekedar jadi tontonan. Akan tetapi, jika ada tontonan berupa televisi, bioskop, konser atau VCD yang bertentangan dengan norma Islam, berebutan untuk meniru dan mengembangkannya. Karena ada anggapan bahwa ia akan ketinggalan zaman bila tidak mengikutinya, walaupun melanggar agama.
Akibatnya, generasi muda Islam semakin jauh dari Islam dan kehilangan kontrol untuk menentukan sikap. Akhirnya, mereka berpedoman kepada orang yang diteladaninya walaupun bertentangan dengan norma-norma agama. Sehingga mereka tidak mengenal tokoh-tokoh Islam yang begitu gigih mempertahankan kebenaran. Banyak tokoh-tokoh Islam yang pantas dijadikan sebagai suri teladan diantaranya; Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amru bin ‘Ash, Abu Hurairah, dan yang lebih sempurnanya adalah Rasulullah Saw.
Sebagai tanda bukti Rasulullah Saw dijadikan sebagai suri teladan yaitu taat dan patuh terhadap ajaran yang dibawanya, meniru kepribadiannya, al-Qur’an dan hadis Rasulullah Saw selalu dibaca dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini jauh lebih baik dibandingkan meneladani orang yang tidak jelas kepribadiannya. Tidak diragukan lagi, Rasulullah Saw pantas dijadikan sebagai suri teladan bagi seluruh umat manusia di permukaan bumi ini.
Perlu diketahui bahwa Rasulullah Saw adalah suri teladan dalam segala aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik, budaya, keamanan, kepemimpinan dan sebagainya. Semua orang bisa menjadikan Rasulullah sebagai suri teladannya. Apapun profesinya, baik sebagai pemimpin, ekonom, politikus, budayawan, pendidik atau pedagang. Orang yang menjadikan Rasulullah Saw sebagai suri teladannya, maka selamatlah dunia dan akhirat. (***) Penulis adalah Pengurus FKRM&M KPIK
Ahli astronomi Michael H. Hart, menulis buku yang berjudul “Seratus Tokoh yang Paling Berpengruh dalam Sejarah”, Hart menempatkan Rasulullah Saw dalam urutan teratas (pertama). Sebagian orang mungkin menganggap ini tidak tepat, sehingga menimbulkan polemik (perdebatan) sengit yang tak akan ada habisnya.
Jatuhnya pilihan Michael H. Hart kepada Rasulullah Saw dalam urutan pertama daftar seratus tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi Hart berpegang teguh pada keyakinannya, bahwa Rasulullah Saw satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih kesuksesan baik dari ukuran agama maupun dunia.
Penilaian yang dilakukan oleh Michael H. Hart dalam seratus tokoh yang berpengaruh di dunia merupakan penilaian objektif, artinya tidak dipengaruhi hal-hal yang lain kecuali hanya kenyataan yang sesungguhnya. Tentunya kita sebagai umat Islam sepakat dengan pendapat Michael H. Hart, dengan alasan tidak hanya sekedar karena kita sebagai umatnya. Melainkan realitasnya memang membuktikan bahwa Rasulullah Saw pantas menempati urutan pertama. Sebab, sebagian orang non-Islampun mengakui keunggulan yang dimiliki Rasulullah Saw baik dibidang duniawi maupun agama.
Rasulullah Saw yang sudah diyakini keunggulannya pantas untuk dijadikan sebagai suri teladan, dan selayaknyalah umat Islam meneladani kepribadian yang dimilikinya. Allah Swt menjelaskan dalam al-Qur’an bahwa dalam diri Rasulullah ada suri teladan yang baik, yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat dari Allah dan perjumpaan-Nya di hari kiamat (lihat QS. al-Ahzab: 21). Bagi umat Islam khusunya, selayaknya mencontoh kepribadian yang dimiliki Rasulullah Saw. Karena beliau memiliki kepribadian yang sempurna (akhlakul karimah) yang legalitas disahkan oleh Allah Swt.
Kecendrungan dan Potensi Manusia
Pada prinsipnya, semua manusia merasa senang dengan perilaku yang baik (akhlakul karimah), meskipun orang yang jahat. Karena orang yang baik akan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman. Dalam diri manusia ada potensi untuk baik dan buruk, manusia tinggal memilih potensi mana yang akan ditonjolkan. Sebagian orang menonjolkan potensi yang baik, namun tidak sedikit yang menonjolkan potensi yang buruk.
Bagi orang yang terlanjur dan khilaf dalam memanfaatkan potensi dalam dirinya. Tidak ada kata terlambat, maka lakukanlah perubahan ke arah yang lebih baik. Karena akhlak yang buruk akan mengganggu ketenangan bathin. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw; “Kebaikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah sesuatu perilaku yang mengusik ketenangan dadamu dan engkau tidak suka jika itu dilihat orang lain”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu indahnya ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw., mengingatkan agar manusia menjauhi perbuatan dosa karena dapat mengganggu ketenangan hati. Jelaslah, ajaran Islam bertujuan untuk membentuk karakter manusia beriman dan bertakwa agar manusia berakhlak yang mulia (akhlakul karimah). Maka Rasulullah Saw mengatakan bahwa misi yang beliau emban di permukaan bumi ini adalah membentuk akhlak mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw; “Sesungguhnya saya diutus tidak lain untuk menyempurnakan kesalehan akhlak”. (HR. Ahmad).
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna dibanding makhluk Allah lainnya. Ada kelebihan yang dimiliki manusia yang tidak dimiliki makhluk lainnya yaitu perpaduan akal dan nafsu. Binatang hanya punya nafsu sehingga tidak punya rasa malu melampiaskan hawa nafsunya.
Malaikat hanya punya akal sehingga tidak punya keinginan seperti keinginan manusia. Namun, pada suatu saat bisa jadi manusia itu akan menjadi makhluk yang paling hina jika tidak memanfaatkan potensi akal dan nafsu ke arah yang benar. Maka, agamalah yang akan mengontrol fungsi akal dan nafsu tersebut.
Budaya Imitasi
Saat ini, banyak manusia yang ingin meneladani orang lain yang dianggapnya punya kemampuan lebih, terutama kalangan remaja. Ratusan juta remaja, tidak tertutup kemungkinan remaja Islam yang tergila-gila dengan suri teladannya. Berbagai macam cara dilakukan untuk mendekatkan hati pada orang yang diteladaninya, mulai dari fotonya, kasetnya, kalendernya, sampai tanda tangannya dikoleksi. Begitu juga dengan suaranya, bentuk tubuhnya, pakaiannya, gayanya, semuanya ditiru walaupun tidak sesuai. Orang semacam ini mengingkari tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada dirinya.
Siapakah orang yang mereka teladani? Sudah wajarkah dijadikan sebagai suri teladan? Mereka itu adalah para artis, selebritis dan bintang film. Pengaruhnya terhadap generasi muda sangat besar. Hal ini dapat dilihat budaya imitasi (peniruan) di kalangan remaja, baik cara bertingkah laku, berbicara, berpakaian, dan gaya hidup berkiblat kepada artis yang diteladaninya. Sementara yang diteladani belum tentu membawa kemaslahatan di dunia dan di akhirat. Besar kemungkinan yang diteladani itu akan membawa kesengsaraan dan mengantarkan ke jurang api neraka.
Kalau dihayati keadaan manusia akhir-akhir ini, kiranya tepat kata orang “Tuntunan jadi tontonan, dan tontonan jadi tuntunan”. Maksudnya, apabila ada orang Islam yang melakukan syari’at yang sebenarnya dianggap asing, seakan-akan tidak pernah ada hingga banyak orang yang melihatnya hanya sekedar jadi tontonan. Akan tetapi, jika ada tontonan berupa televisi, bioskop, konser atau VCD yang bertentangan dengan norma Islam, berebutan untuk meniru dan mengembangkannya. Karena ada anggapan bahwa ia akan ketinggalan zaman bila tidak mengikutinya, walaupun melanggar agama.
Akibatnya, generasi muda Islam semakin jauh dari Islam dan kehilangan kontrol untuk menentukan sikap. Akhirnya, mereka berpedoman kepada orang yang diteladaninya walaupun bertentangan dengan norma-norma agama. Sehingga mereka tidak mengenal tokoh-tokoh Islam yang begitu gigih mempertahankan kebenaran. Banyak tokoh-tokoh Islam yang pantas dijadikan sebagai suri teladan diantaranya; Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amru bin ‘Ash, Abu Hurairah, dan yang lebih sempurnanya adalah Rasulullah Saw.
Sebagai tanda bukti Rasulullah Saw dijadikan sebagai suri teladan yaitu taat dan patuh terhadap ajaran yang dibawanya, meniru kepribadiannya, al-Qur’an dan hadis Rasulullah Saw selalu dibaca dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ini jauh lebih baik dibandingkan meneladani orang yang tidak jelas kepribadiannya. Tidak diragukan lagi, Rasulullah Saw pantas dijadikan sebagai suri teladan bagi seluruh umat manusia di permukaan bumi ini.
Perlu diketahui bahwa Rasulullah Saw adalah suri teladan dalam segala aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik, budaya, keamanan, kepemimpinan dan sebagainya. Semua orang bisa menjadikan Rasulullah sebagai suri teladannya. Apapun profesinya, baik sebagai pemimpin, ekonom, politikus, budayawan, pendidik atau pedagang. Orang yang menjadikan Rasulullah Saw sebagai suri teladannya, maka selamatlah dunia dan akhirat. (***) Penulis adalah Pengurus FKRM&M KPIK
Langganan:
Postingan (Atom)