Oleh Abdul Rojak Lubis
“Setiap manusia punya batas umur, apabila datang ajalnya tidak bisa diundur atau dimajukan sesaatpun” (QS. Al-A’raf: 34).
Kematian merupakan hal yang tidak bisa dielakkan oleh setiap makhluk hidup. Tidak ada cara (usaha) yang bisa dilakukan untuk memanjangkan atau memendekkan umur. Hal ini menunjukkan bahwa kematian (ajal) adalah hak mutlak Allah yang tidak bisa diganggu gugat oleh manusia. Setiap manusia yang masih hidup tinggal menunggu giliran kematiannya masing-masing.
Berbagai macam sikap, manusia dalam menghadapi kematian. Ada yang takut, khawatir, cemas bahkan ada yang rindu dengan kematian. Sebagian manusia mau bayar mahal jika umurnya bisa diperpanjang, karena ia masih ingin hidup lebih lama dan menikmati kehidupan dunia. Namun, ketentuan dari Allah tidak demikian. Secara tegas Allah mengatakan bahwa kematian tidak bisa diundur dan dimajukan. Meskipun demikian, tidak mustahil bagi Allah memanjangkan umur seseorang jika Dia berkehendak. Realitas ini memang pernah terjadi pada masa nabi Adam as.
Ketika nabi Adam as berbincang-bincang dengan seorang pemuda membicarakan tentang pernikahan. Setelah selesai, pemuda tersebut meninggalkan nabi Adam as. Beberapa saat kemudian muncul malaikat maut (Izrail) menghampiri nabi Adam as, ia mengajukan pertanyaan kepada Adam as; “Hai Adam, siapa pemuda tadi”? Dan apa yang kalian bicarakan?. Nabi Adam as menjawab: “Pemuda tersebut adalah muridku sekaligus sahabatku, kami membicarakan tentang pernikahannya yang akan dilaksanakan besok pagi”. Kemudian malaikat Izrail memberikan saran; “sebaiknya pernikahan pemuda itu dilaksanakan nanti malam, karena aku dapat perintah dari Allah akan mencabut nyawanya besok pagi”.
Setelah mendengar saran dari malaikat Izrail, nabi Adam as bingung. Jika disampaikan, pemuda tersebut akan terkejut, kalau dirahasiakan berarti ingkar terhadap amanah. Nabi Adam-pun memikirkan secara matang untuk menemukan keputusan yang sesungguhnya. Akhirnya, nabi Adam as memutuskan akan merahasiakan saran dari malaikat Izrail.
Alhasil, besok paginya acara pernikahan bisa dilaksanakan dengan lancar tanpa ada masalah. Sehingga nabi Adam-pun bingung untuk kedua kalinya. Yang muncul dalam fikirannya adalah rangkaian pertanyaan, “Mungkinkah malaikat Izrail berdusta, bergurau atau bisa jadi malaikat Izrail lupa dengan tugasnya”?.
“Mustahil menurut akal, karena malaikat adalah makhluk Allah yang paling patuh dan taat dibanding dengan makhluk Allah lainnya. Tidak mungkin malaikat Izrail berdusta, bergurau atau lupa terhadap tugasnya”, fikir Adam.
Yang sangat menarik adalah kedua pasangan suami-isteri itu sampai punya anak dan cucu. Namun, kematian yang akan menghampirinya seperti apa yang dikabarkan oleh malaikat Izrail tak kunjung tiba.
Untuk menghilangkan kebingungan dan kebimbangan yang dirasakan nabi Adam as, Allah mempertemukannya kembali dengan malaikat Izrail. Saat itulah nabi Adam as menanyakan kepada malaikat Izrail; “Hai Izrail, kenapa tidak jadi nyawa sahabatku kamu cabut”?. Malaikat Izrail menjawab; “Wahai Adam, terjadinya dispensasi kematian terhadap pemuda (sahabatmu) disebabkan sedekah yang ia berikan pada malam hari sebelum hari H pernikahannya”. Inilah yang menyebabkan penundaan kematiannya.
Jika dihubungkan dengan konsep ayat di atas, agaknya bertolak belakang. Karena, ayat di atas menjelaskan bahwa kematian tidak bisa diundur dan dimajukan. Namun, yang penting untuk diyakini adalah tidak ada yang mustahil bagi Allah jika Dia berkehendak, meskipun mustahil menurut akal manusia.
Uraian kisah di atas mengajak kita untuk merenung dan berfikir betapa bijaksananya Allah dalam membalas niat baik dari hamba-Nya. Menyedekahkan sebagaian harta yang dimilikinya mampu mengubah takdir kematian. Tapi, bukan berarti sedekah mampu memanjangkan umur manusia.
Hal ini hanya sekadar motivasi amal saleh, agar manusia selalu melakukan kebaikan. Karena, kematian tidak seorang-pun yang tahu, kapan dan dimana ia akan mati. Justru itu, dalam menjalani hidup ini, lakukanlah amal saleh agar mati husnul khatimah.
Sungguh!, merugilah orang yang mati dalam kemunkaran dan kemaksiatan. Betapa banyak orang yang mati di meja judi, di bar (pakter) maupun di pangkuan seorang pelacur. Mereka itu mati su’ul khatimah, mudah-mudahan kita tidak tergolong di dalamnya. Wallahu a’lam
Penulis adalah Alumni Fak. Dakwah
IAIN Imam Bonjol Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar