Oleh: Abdul Rojak Lubis*
Allah turunkan wahyu kepada hamba-Nya bernama Daud, “Wahai Daud, gembirakan para pendosa, ingatkan orang saleh”. Daud bertanya, “Duhai Tuhanku, bagaimana menggembirakan para pendosa, bagaima mengancam orang saleh?”. Allah berfirman, “Katakan pada pendosa, tiada dosa yang tidak dapat Kuampunkan sepanjang taubat ia lakukan. Katakan pada orang saleh. Janganlah mereka berbangga atas amal perbuatan mereka sebab bila Aku tegakkan keadilan perihal perhitungan-Ku pada seseorang, niscaya akan binasa. Mereka binasa.” (Yusuf Mansur, Hikmah dari Langit: 71).
Dialog ini membuat hati tersentak dan terkejut jika dibaca dengan tidak teliti. Kata-katanya “Gembirakan Pendosa, Ingatkan Orang Saleh”, seolah-olah ada anjuran untuk berbuat dosa dan ada larangan untuk melakukan amal saleh. Padahal tidak demikian. Ini merupakan pesan singkat yang bernuansa dakwah yang dapat menggembirakan hati.
Gembirakan Pelaku Maksiat
Hidup di dunia penuh dengan ujian dan cobaan, baik ujian yang menyenangkan maupun ujian yang menyakitkan. Sebagian orang lulus dalam ujian karena fondasi keimanan yang dimilikinya kokoh dan kuat. Namun, tidak sedikit yang gagal dalam menempuh ujian, karena fondasi keimanan yang dimilikinya goyah dan tidak kuat. Akhirnya, hidupnya penuh dengan kemaksiatan dan kemunkaran yang menyebabkan dirinya gelisah, khawatir dan takut untuk menghadap Tuhannya. Kegelisahan dan kegundahan yang dirasakannya menyebabkan dirinya berlarut dalam kesedihan.
Seharusnya pelaku maksiat tidak perlu bersedih, karena pintu taubat selalu dibuka Allah Swt. sebelum kematian (ajal) menghampiri. Alangkah baiknya, jika lumpur dosa yang melekat diseluruh anggota tubuh kita dibersihkan dengan cara taubat. Karena, sudah saatnya untuk merenungi diri dan senantiasa minta ampunan kepada Allah Swt. Menyadari bahwa siapa pun yang bernama manusia pasti punya kesalahan dan dosa. Tidak ada cara lain, kecuali beristighfar atau permohonan ampunan kepada Allah Swt (taubat nasuha).
Secara etimologis, taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah Swt., atau kebenaran yang disampaikan Rasulullah Saw. Taubat merupakan upaya seorang hamba menyesali dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini. Rasulullah Saw. pernah ditanya seorang sahabat, “Apakah penyesalan itu taubat?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ya.” (HR. Ibnu Majah).
Perlu diketahui, bahwa taubat dari segala kesalahan dan dosa tidak membuat seorang manusia terhina di hadapan Tuhannya. Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Karena Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. “Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri.” (lihat QS: al-Baqarah: 222).
Dalam hal bertaubat dianjurkan untuk disegerakan, tidak menunda atau mengulur-ulur waktu. Hal ini dijelaskan Allah dalam al-Qur’an, "Bersegaralah kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."( lihat QS. Ali Imran: 133)
Jelaslah, ini merupakan kabar gembira bagi orang yang terlanjur melakukan kemaksiatan dan kemunkaran. Jika seorang hamba memohon ampun atas dosa yang ia perbuat (bertaubat), Allah akan mengampuninya kecuali dosa mempersekutukan Allah (syirik), meskipun dosa itu seluas langit dan bumi. Kemudian, menyesali perbuatan dosa yang telah diperbuat sekaligus membencinya dan berkomitmen tidak akan mengulangi masuk lumpur dosa lagi.
Kerberuntunganlah bagi orang yang telah bertaubat, karena dirinya sudah bersih dari noda maksiat dan dosa. Orang semacam ini akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan.
Ancam Orang Saleh
Beribadah atau melakukan amal saleh adalah tujuan diciptakan manusia di permukaan bumi ini. Ibadah dan amalan yang disyariatkan Allah itu kegunaannya untuk manusia itu sendiri, demi kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Disadari atau tidak, ketika beribadah atau beramal, ada virus yang selalu ingin merusak amal ibadah yang sedang atau sudah kita lakukan, virus tersebut adalah riya.
Riya adalah salah satu virus yang dapat merusak ibadah atau amal seseorang. Maka, jangan berbangga dulu jika diri kita termasuk orang yang rajin beribadah (ahli ibadah). Bisa jadi amal ibadah yang kita lakukan diserang virus yang bernama riya. Justru itu, berhati-hatilah dalam beribadah. Ini adalah ancaman bagi orang yang beramal saleh.
Riya berasal dari kata ru’yah (penglihatan) artinya ingin diperhatikan atau dilihat orang lain. Dan para ulama mendefinisikan riya adalah menginginkan kedudukan dan posisi di hati manusia dengan memperlihatkan berbagai kebaikan kepada mereka. Orang yang dihinggapi penyakit riya merasa bangga jika dipuji amal ibadahnya. Orang semacam ini hanya mencari keridhoan, penghargaan atau pujian di hati manusia semata dalam suatu amal kebaikan atau ibadah yang dilakukannya. Jelaslah, keberadaan riya dalam suatu amal amatlah berbahaya dikarenakan ia dapat menghapuskan pahala dari amal tersebut.
Justru itu, orang yang diserang virus riya harus cepat melakukan pengobatan terhadap dirinya, agar amal ibadah yang dilakukannya semata-mata hanya karena Allah. Pengobatan tersebut adalah belajar untuk meluruskan niat dalam beribadah. Wallahu a’lam
*Penulis adalah Alumni Fak. Dakwah
IAIN Imam Bonjol Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar